Minggu, 30 Juni 2013

Menuju Sinode Keuskupan Banjarmasin 2013



Merumuskan Ardas, Visi dan Misi Keuskupan 10 Tahun ke Depan


Perjalanan 75 Tahun Silam dan Sekilas Misi Borneo

Tanggal 21 Mei 1938 menjadi tanggal bersejarah bagi Keuskupan Banjarmasin, karena pada tanggal tersebut Prefektur Apostolik Banjarmasin didirikan, dan takhta suci Vatikan mengangkat Pater J.M.M. Kusters, MSF sebagai Prefek yang pertama. Lima bulan kemudian Gereja Katedral "Keluarga Kudus" Banjarmasin menjadi saksi bisu pelantikan Mgr. J.M.M. Kusters, MSF, tepatnya pada hari Rabu, 19 Oktober 1938. Bila dihitung, seluruh proses pendirian Prefektur Apostolik Banjarmasin memakan waktu selama 7 tahun.

Pada tahun 1931 Banjarmasin masih merupakan stasi dari Laham yang merupakan pusat misi di wilayah Kalimantan Timur kala itu. Pada tahun 1932 pusat misi dipindahkan dari Laham ke Tering, karena Laham dipandang kurang efisien. Tanggal 27 Februari 1926 tiga orang pionir misionaris MSF tiba di Laham dan disambut hangat oleh 2 orang pater dan 2 orang bruder Kapusin beserta 5 orang suster Fransiskanes dari Veghel dan seluruh penduduk Laham. Ketiga orang misionaris MSF tersebut adalah Pater Fr. Groot, MSF sebagai superior, Pater J.v.d. Linden, MSF dan Bruder Egidius Stoffels, MSF.

Tanggal 10 Maret 1949 Prefektur Apostolik Banjarmasin ditingkatkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik Banjarmasin dan Pater J. Groen, MSF diangkat menjadi Vikaris Apostolik yang pertama dan menerima tahbisan uskup pada tanggal 16 Juni 1949 di Kaatsheuvel - Belanda. Pada tanggal 15 Oktober 1949 Mgr. J. Groen, MSF tiba kembali di Banjarmasin dan pada sore harinya langsung dilantik sebagai Vikaris Apostolik Banjarmasin.

Menurut catatan sejarah, pada tahun 1312 datanglah di pulau Kalimantan seorang Pater Fransiskan yakni Pater Olderico de Pordenone. Tidak ada berita yang pasti mengenai tempat di mana beliau berkarya. Tiga ratus tahun kemudian, tepatnya tanggal 2 Pebruari 1688, Pater Antonino Ventimiglia menginjakkan kaki di bumi Kalimantan. Pater Antonino adalah imam pertama dari ordo "Rohaniwan Regulir Penyelenggaraan Ilahi" yang merintis "Misi Borneo".

Perintis Misi Borneo ini kemudian diangkat oleh Paus Innocentius XII sebagai Vikaris Apostolik pertama untuk seluruh pulau Kalimantan. Sayang sekali bahwa jabatan Vikaris ini tidak dijalani karena beliau sudah meninggal dunia pada tahun 1692. Antonino Ventimiglia lahir tahun 1642 sebagai seorang bangsawan di kota Palermo, pulau Sisilia, sebelah selatan semenanjung Italia. Beliau masuk biara St. Yosef milik pater-pater ordo "Rohaniwan regulir Penyelenggaraan Ilahi" yang berpusat di kota Theate, Italia. Oleh karena itu para pater dari ordo ini lebih dikenal dengan nama: "Pater-pater Theatin".

Tanggal 16 Januari 1688 Pater Ventimiglia berangkat dari Macao menuju Banjarmasin. Beliau berangkat tanpa membawa apa-apa kecuali sebuah salib yang dulu pernah dimiliki oleh St. Aloysius Beltrami. Satu keyakinannya bahwa penyelenggaraan Ilahi akan memberikan segalanya. Pater Ventimiglia tiba dengan selamat di Banjarmasin pada tanggal 2 Februari 1688.

Surat Gembala Uskup Menyambut Sinode Tingkat Keuskupan Perdana

Pada tanggal 14 Agustus 2011 silam, Uskup Keuskupan Banjarmasin mengeluarkan Surat Gembala dalam rangka mempersiapkan dan menyambut Sinode Keuskupan Banjarmasin. Dalam suratnya tersebut, Mgr. Petrus Boddeng Timang menyebutkan bahwa Sinode Keuskupan Banjarmasin diadakan dalam rangka menyambut 75 tahun berdirinya Prefektur Apostolik Banjarmasin. "Usia ke-75 tahun bukanlah usia yang pendek, karena saat inilah saat yang istimewa bagi kita untuk kita rayakan dan menjadikannya sebagai momen untuk untuk merefleksikan perjalanan hidup menggereja kita," ucap Uskup Keuskupan Banjarmasin di bagian awal surat gembala. Lebih lanjut Mgr. Timang menegaskan bahwa Sinode Keuskupan Banjarmasin adalah sebuah perayaan iman umat, karena itu keterlibatan seluruh umat sangat diharapkan.

Pada tanggal 25 Oktober 2011 dilakukan sosialisasi sinode dalam pertemuan pastores yang dihadiri oleh para imam, suster, biarawan/biarawati yang berkarya di Keuskupan Banjarmasin. Sejak tanggal 31 Oktober 2011 proses berlangsung begitu cepat hingga 19 November 2011, dimana kegiatan sosialisasi berlanjut ke tingkat paroki. Dalam kesempatan ini tim SC mensosialisasikan alur sinode, sensus umat dan pengisian kuesioner. Sepanjang bulan November 2011 para ketua komunitas/stasi/KBG melakukan distribusi sekaligus menjelaskan kepada umat mengenai cara pengisian blanko sensus beserta kuesioner. Umat di paroki-paroki hingga ke stasi-stasi yang terletak jauh di pedalaman secara serentak melakukan pengisian form sensus umat dan kuesioner. Pada tanggal 15 Januari 2012 diharapkan seluruh form sensus maupun kuesioner telah diterima oleh masing-masing sekretariat paroki.

Tujuan dilangsungkannya sensus dan pengedaran kuesioner bukan sekedar untuk mendapatkan informasi perihal jumlah umat, tetapi juga kondisi riil, ekonomi, sosial, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Sensus dan kuesioner akan dijadikan bahan refleksi bagi keuskupan (baik hirarkhi maupun umat), apakah selama 75 tahun perjalanan Keuskupan Banjarmasin Kabar Baik yang diwartakan sungguh-sungguh diterima dan menjawab kebutuhan umat. Lalu, apakah kehadiran gereja membawa keselamatan bagi semua orang, baik dalam arti rohani maupun dalam kehidupan nyata. Melalui data sensus yang terkumpul, dapat dilakukan langkah-langkah pastoral sesuai kriteria dan kondisi nyata di lapangan.

Menuju Sinode Keuskupan Banjarmasin 2013

Tujuan diadakannya Sinode Keuskupan Banjarmasin adalah membantu uskup diosesan dalam mengambil kebijakan pastoral demi kesejahteraan seluruh komunitas diosesan. Kebijakan pastoral yang dimaksud meliputi arah dasar keuskupan, rencana strategis pastoral dan rencana aksi yang jelas, bertahap dan terukur, efektif dan efisien dalam pelaksanaannya sesuai dengan visi dan misi keuskupan yang telah ditetapkan dalam sinode (bdk. Kan 460).

Panitia Sinode (Tim SC) mengawali Sinode Keuskupan Banjarmasin dengan melakukan penyebaran angket kuesioner dan sensus umat. Kuesioner yang dibagikan kepada umat sekitar 4.000 eksemplar. Namun yang kembali ke meja panitia untuk diolah hanya sepertiganya saja dari jumlah tersebut. Ada banyak alasan mengapa hanya sepertiga saja dari kuesioner yang dikembalikan. Namun di atas semuanya itu, umat diharapkan menyadari dan kemudian mengakui bahwa dalam kehidupan berkomunitas masih harus ditumbuhkembangkan kemauan dan kehendak untuk bergerak bersama sebagai sebuah persekutuan; dengan merelakan waktu, tenaga, pikiran dan seluruh diri untuk membangun kebersamaan.

Rentetan proses Sinode Keuskupan Banjarmasin pun berlanjut, dimana pada bulan Mei 2012 digelar kegiatan Pra-Sinode Komunitas dengan tema, "Beriman, Berbagi dan Bermisi." Kegiatan ini dimaksudkan untuk dapat melibatkan semakin banyak umat dalam persiapan menuju Sinode Keuskupan tahun depan.

Melalui kegiatan Pra-Sinode Komunitas, umat bukan saja diharapkan berani mengungkapkan persoalan serta keprihatinan yang mereka jumpai di dalam komunitasnya, tetapi umat juga diundang untuk memberikan sumbang saran serta pemikiran demi perbaikan komunitasnya masing-masing, paroki maupun Keuskupan Banjarmasin secara umum. Dengan berdiskusi bersama dalam pertemuan Pra-Sinode ini, umat diajak untuk mendalami segala persoalan yang ada sehingga bisa menemukan berbagai faktor yang menjadi penyebabnya; kemudian setelah melihat akar persoalannya, umat diajak untuk mendapatkan jalan keluar untuk mengatasi persoalan-persoalan yang berhasil ditemukan.

Dengan mengacu kepada hasil Pra-Sinode Tingkat Komunitas, paroki akan membahas akar permasalahan di paroki dan memberikan alternatif solusi atas permasalahan tersebut di bulan Juli - Agustus 2012 dalam kegiatan Pra-Sinode Tingkat Paroki. Selanjutnya hasil Pra-Sinode Tingkat Paroki akan dibawa pada jenjang yang lebih tinggi dalam Pra-Sinode Tingkat Dekenat; dimana Keuskupan Banjarmasin terdiri dari 3 dekenat, yaitu: Dekenat Kota (Paroki Katedral "Keluarga Kudus" Banjarmasin, Paroki St. Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan dan Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Veteran); Dekenat Utara (Paroki Bunda Maria Banjarbaru, Paroki Sta. Theresia Pelaihari dan Paroki Ave Maria Tanjung) dan Dekenat Timur (Paroki Stella Maris Sungai Danau, Paroki St. Vincensius a Paulo Batulicin dan Paroki St. Yusup Kotabaru). Pra-Sinode Tingkat Dekenat dijadwalkan berlangsung pada bulan September - Oktober 2012. Pada rentang waktu bersamaan, digelar pula Pra-Sinode Biara dan Pra-Sinode Kelompok Kategorial.

Berdasarkan masukan-masukan yang berhasil dikumpulkan selama proses Pra-Sinode, maka akan dibahas arah dasar, visi dan misi Keuskupan Banjarmasin dalam Sidang Sinode Keuskupan Banjarmasin di bulan Juli 2013 nanti. Sidang Sinode akan dihadiri oleh uskup, vikaris jenderal, wakil dari paroki-paroki dan dekenat, pimpinan semua tarekat yang berkarya di Keuskupan Banjarmasin serta perwakilan dari kelompok-kelompok kategorial yang ada.



[Dionisius Agus Puguh Santosa]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar