Minggu, 24 Juni 2018

HARI RAYA KELAHIRAN ST. YOHANES PEMBAPTIS
Yes 49:1-6; Kis 13:22-26; Luk 1:57-66.80;
PENGANTAR
    Pada Hari Minggu ini, di mana bagian terbesar dari umat Katolik berhimpun dalam gereja untuk merayakan Ekaristi, bersama-sama diperkenalkan dengan St. Yohanes Pemandi. Dalam Injil Lukas hari ini hanya diberiterakan tentang kelahirannYohanes Pemandi. Namun untuk mengenal pribadinya yang lebih utuh ini akan kita lihat juga menurut beberapa catatan Lukas lainnya tentang Yohanes Pemandi tersebut. Misalnya kesaksian yang diberikan dalam Injil Matius (11:2-19; Luk 7:18-35). Yesus sendiri memberi kesaksian tentang Yohanes Pemandi : "Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar daripada Yohanes (Mat 11:11)." Kesakian Yesus ini harus tetap aktual dan relevan untuk zaman kita modern sekarang ini juga.
HOMILI
    Yohanes Pembaptis memiliki suatu ciri atau identitas diri yang khusus dalam Perjanjian Baru. Ia tampil dalam masyarakat sangat sederhana. Bahkan tinggal di padang pasir. Ia sadar akan panggilan Allah. Maka ia berseru kepada masyarakat agar menpersiapkan diri menjelang kedatangan Almasih. Yakni menyadari dan mengakui dosa-dosa mereka dan supaya dibaptis sebagai lambang penyesalan atau pertobatan sejati. Meskipun sebagai orang yang sangat biasa dan tidak memiliki pengaruh ataupun kekuatan dalam susunan sistem politik Yahudi, namun ia tidak ragu-ragu menyampaikan pesan etis atau moralnya dengan kekuatan otoritas! Terbukti rakyat/masyarakat tidak mampu menolak kekuatan kebenaran kata-katanya. Ratusan orang mendengarkannya dan minta dibaptis oleh-nya. Dengan catatan bahwa Yesus pun dibaptisnya! Namun, walaupun ia menarik perhatian masyarakat, ia tidak pernah kehilangan kesadarannya akan tugas panggilannya : yakni mempersiapan masyarakat kepada kedatangan Kristus.
    Patut kita perhatikan bahwa ibu Yohanes, Elisabet, adalah berhubungan keluarga dengan Ibu Yesus. Keduanya mengandung pada waktu yang sama. Menurut Luk 1:41 ketika keduanya saling bertemu, anak dalam kandungan Elisabet digerakkan Roh Kudus menyabut kedatangan anak dalam kandungan Maria. Malaikat Gabriel telah meramalkan kelahiran dan pelayanan profetis Yohanes Pembaptis kepada ayahnya Zakarias. Itulah tanggapan Allah terhadap doa Elisabet. Yohanes Pemandi akan menjadi utusan Allah untuk mewartakan kedatangan Almasih, yakni Yesus Kristus.
    Kecuali pewartaan pertobatan kepada masyarakat, bahkan pembaptisan diri Yesus di sungai Yordan, Yohanes berani dan terus terang mengingatkan Raja Herodes untuk menyesali dosanya yang mengalih alih Herodias, yakni isteri Filipus saudaranya.
    Dengan latar belakang inilah Yesus dengan tegas menyatakan, bahwa "Aku berkata kepadamu : Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes" (Luk 7:28). Di manakah letak kekuatan sikap dasar Yohanes Pembaptis? Kekuatan sikap dasar Yohanes Pembaptis terdapat pengarahan atau fokus segenap hidupnya kepada kesetiaan atau ketaatan sepenuhnya kepada panggilan Allah untuk menghayati hidupnya! Sikap dasar hidupnya itu ialah "selururhnya kulakukan untuk Allah". Yohanes sadar akan panggilan hidupnya, maka taat melaksana-kannya. Ia bukan hanya sekadar menganjurkan menyesali dosa dan bertobat. Ia melaksanakan tugas panggilan hidupnya tanpa kompromi, ia bahkan bersedia mati sebagai martir melawan dosa, apapun yang jahat.
    Apa yang patut kita perhatikan dewasa ini?
    Yohanes Pembabtis bukan bertujuan untuk menjadi lain atau berlainan dari orang-orang lain! Walaupun ia memang agak lain, ia bukan berkehendak tampil sebagai orang yang unik! Sama sekali tidak! Lebih bertujuan berusaha untuk hidup dan berbuat selalu taat, setia terhadap kehendak Allah. Sikap dasar Yohanes sungguh mencapai sasarannya. Itulah yang diungkapkan Yesus : Yohanes Pembaptis adalah orang terbesar!
    Apabila kita sadar bahwa Allah telah memberikan kepada kita suatu tujuan khusus dalam hidup kita, maka kita dapat bergerak maju dengan kepercayaan, penuh keyakinan akan Dia (Tuhan) yang telah memanggil kita! Seperti Yohanes Pembaptis kita tidak atau jangan takut untuk hidup dengan suatu pengarahan atau fokus yang radikal atau tegas akan perutusan hidup yang diberikan Allah kepada kita. Adakah, ada suatu kegembiraan yang lebih besar dalam hidup kita yang dapat terpenuhi kecuali keyakinan, bahwa kasih, kegembiraan dan anugerah abadi tersedia bagi kita di sorga?

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.
@copyright/ http://www.imankatolik.or.id/homili_mgr_hadisumarta_ocarm_hari-raya-kelahiran-st-yohanes-pembaptis.html

Minggu, 12 Februari 2017

PERAYAAN SYUKUR 90 TAHUN KONGGREGASI SUSTER-SUSTER SPM BERKARYA DI INDONESIA

“Pewarta kebaikan Allah dengan sukacita”
Alangkah baiknya Tuhan yang Mahabaik.

 Ungkapan tersebut dikumandangkan di dalam batin para Suster SPM Indonesia, diwartakan melalui hidup dan karya perutusan, bersama rekan kerja secara khusus di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Peringatan 90 Th, Para Suster SPM berkarya di Indonesia dirayakan secara sederhana namun penuh hikmat bersama Para Guru-karyawan, anak-anak TKK Yos Sudarso dan SDK Santa Maria dalam Misa Kudus Tanggal 11 Oktober 2016.
 Perayaan Syukur ini tidak lepas dari semangat dan kerja keras para Suster pendahulu dengan berbagai pengalaman yang dialami telah meneruskan karya Allah melalui pelayanan di bidang pendidikan. Semangat awal tersebut mengobarkan ke - 7 suster pertama (Sr.M. Oda, Sr.M. Arnolda, Sr.M. Rosaria, Sr.M. Bernadetta, Sr.M. Agnesia, Sr.M. Emiliana, Sr.M. Vicenta) yang diutus Pimpinan Umum para suster SPM Amersfoort untuk bermisi ke Indonesia tepat pada tanggal 11 Oktober 1926. Semangat itu segera dimurnikan melalui pengalaman nyata bahwa kebaikan Allah sangat dinantikan untuk diwartakan kepada anak-anak Indonesia. Mereka adalah anak-anak saudara/ri citra Allah yang semartabat, anak-anak yang merindukan  masa depan penuh harapan. Para suster pendahulu menghayati semangat Santa Julie Billiart, ibu Rohani Para Suster SPM yang mengatakan bahwa “Karya kerasulan pendidikan adalah ungkapan alami dan pasti dari pemahamannya yang dalam akan kebaikan Tuhan. Pendidikan adalah sharing di dalam kebaikan Tuhan dan membawa umat-Nya. Didalam pengertian ini ia meminta agar setiap susternya, apapun tugasnya, berapa pun usianya, ikut menyumbang karya pendidikan.” (bdk. J.B dan sukacita sebuah harapan hal 75).
 Genap 90 tahun para suster SPM berkarya di Indonesia, yang berarti juga 90 Tahun melaksanakan karya pelayanan di bidang Pendidikan, asrama dan karya kerasulan lainnya. Melalui karya tersebut para suster mengabdikan diri kepada Gereja dan masyarakat  Indonesia. Karya pendidikan dan pembinaan generasi muda menjadi perutusan yang sangat penting bagi para suster SPM. ”Kita membaktikan diri kepada belas kasih rohani dan jasmani sesuai dengan tradisi kita terutama berkarya di bidang pembinaan dan pendidikan” (lih. Konstitusi 75. No.2).

Kesempatan mengenang 90 tahun kehadiran para suster SPM di Indonesia menjadi kesempatan untuk bersyukur atas karya agung Allah yang telah dikerjakan-Nya melalui karya para Suster SPM dan semua rekan kerja di Indonesisa. Para suster mulai berkarya di Probolinggo dan selama 90 tahun menjelajah segenap  wilayah, tersebar di 9 keuskupan (Malang, Surabaya, Sorong-Manokwari, Banjarmasin, Semarang, Jakarta, Antipolo-Philipine, Samarinda dan Denpasar).
 Menjadi ”Pewarta kabar sukacita” ke seluruh dunia, terutama keseluruh nusantara tercinta, menjadi niat yang terus menerus dibangun oleh Para Suster dan rekan kerja khususnya Para Guru-Karyawan TKK Yos Sudarso dan SDK Santa Maria Kotabaru yang senantiasa mendukung karya para suster SPM di Indonesia. Niat tersebut semakin diteguhkan dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Argo Yuwono, OAD, dalam homilinya Rm. Argo mengatakan bahwa peran serta para Guru dan Karyawan sangat dirasakan oleh siswa-siswi yang dididik, pertumbuhan iman dan perkembangan mereka juga semakin subur ketika mereka mengalami pengalaman pendidikan yang menggembirakan dan penuh cinta di Sekolah. Rm. Argo juga berpesan agar para Suster di usia 90 tahun ini seperti Ilmu Padi “Semakin Berisi Semakin Merunduk”. Dalam Injil juga diingatkan kembali “Aku mengutus kamu ketengah-tengah serigala” Pesan Injil ini sangat mendalam agar semakin berani bersaksi ditengah-tengah masyarakat.

Semoga rasa syukur dan kegembiraan dalam mengenang 90 Tahun para suster SPM berkarya di Indonesia, senantiasa mendorong semangat para Suster SPM dan rekan kerja untuk mampu menjadi pewarta kebaikan Allah dengan sukacita. (Rep/Ft: Sr. M. Faustina, SPM, Edi Sulistiawan)









Rabu, 09 November 2016

TERLIBAT SEJAK DINI DALAM KARYA PELAYANAN GEREJA

         Sebagai langkah cepat menanggapi semakin surutnya para petugas Pelayan Altar ini dalam tugas Ekaristi Mingguan, pendamping PPA melaksanakan Program pembinaan PPA oleh Bidang Liturgi dan Peribadatan merupakan program awal setelah pendataan PPA. Hal ini dimaksud untuk memaksimalkan para Pelayan Altar ini menunaikan tugas sucinya. Kegiatan ini melibatkan anak-anak Paska Komuni s.d. usia 13/14 th. Ajang ini dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2016 di Gereja Katolik St. Yusup Kotabaru dengan Pemateri tunggal RP. Petrus Argo Yuwono, OAD.
         Antusiasme peserta sangatlah tinggi, banyak anak yang datang sebelum waktu yang dijadwalkan. Ini merupakan tanda kerinduan mereka akan pendampingan, pembinaan sekaligus terlibat dalam karya pelayanan altar. Keterlibatan sejak dini menjadi Pelayan Altar merupakan hal terbaik untuk melatih anak agar saatnya nanti terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.
         Dalam sebuah sesi Romo Argo meminta salah satu peserta untuk menunjukkan salah satu tatacara bertugas yang tepat dan sopan. Prosesi misa adalah suci dan khidmat, oleh sebab itu semua PPA, Misdinar wajib dengan serius untuk bertugas, bukan dengan tawa dan canda.
         Ditempat terpisah Ketua Bidang Peribadatan dan Liturgi menyatakan bahwa anak-anak ini ada juga yang masih calon, dikarenakan baru terima Komuni pada bulan Juni tahun 2017. Mereka sengaja sudah dilibatkan supaya mereka mendapatkan bekal sebagai sang pelanan yang handal, siap dan pada saatnya langsung bertugas, tidak menunggu - nunggu lagi, demikian disampaikan oleh Yordanis Andria selaku Ketua Bidang.

Senin, 10 Oktober 2016

KONFERCAB I WKRI CABANG KOTABARU

Kotabaru, Damai Bagimu, seiring semangat Visi & Misi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) yaitu,
1. VISI Wanita Katolik RI adalah:
Organisasi yang bersifat sosial aktif, mandiri, memiliki kekuatan moral dan kemampuan yang handal dalam menjalankan karya-karya pengabdian untuk mewujudkan kesejahteraan bersama serta menegakkan harkat dan martabat manusia

2. MISI Wanita Katolik RI adalah:
a. Mengembangkan kemampuan serta memberdayakan seluruh jajaran Wanita Katolik RI, guna meningkatkan kualitas pengabdian dalam masyarakat
b. Menghimpun aspirasi dan mengaktualisasikan potensi Wanita Katolik RI agar karya pengabdian terwujud secara optimal dan berkesinambungan,
c. Memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh dimensi kehidupan
d. Mengupayakan lingkungan hidup yang seimbang.

WKRI Cabang St. Yusup Kotabaru, Kalimantan Selatan mengadakan Konfecab I yang diadakan pada hari Sabtu, 8 Oktober 2016, bertempat di Aula Pastoran Damai Bagimu Kotabaru Kalimantan Selatan. Ini adalah ajang tiga tahun sekali, walau di Kotabaru baru kali ini terjadi. Dengan mengusung Tema "Meningkatkan Peran Serta Aktif Wanita Katolik Republik Indonesia Dalam Memperjuangkan Kualitas Hidup dan Semangat Kebersamaan Dalam Bermasyarakat Di Bumi Sajiaan". Konfercab ini dilaksanakan guna menentukan Pemimpin WKRI Cabang Santo Yusup Kotabaru 3 tahun kedepan. Serta menentukan kebijakan serta kegiatan selama jabatan itu. Dalam sambutannya Ketua Pimpinan Cabang Domisioner (Ibu Theresia Avila Tuti Suhartini) mengatakan, "Konfercab ini diadakan yang pertama walau pernah mengadakan pemilihan dengan tidak melalui Konfercab, namun hanya melaporkan kepada Dewan Pimpinan Daerah Kalimantan Selatan setelah pemilihan berlangsung dan mendapatkan Pimpinan terpilih. Oleh sebab itu Konfercab I ini banyak belajar dari DPD Kalsel". Kegiatan Konfercab ini juga mengesahkan LPJ, Penetapan Rencana Kerja, dan Pemilihan Pengurus DPC 2016-2019.

Dalam kesempatan itu hadir pula Pastor Petrus Argo Yuwono, OAD selaku Penasehat Rohani WKRI DPC Santo Yusup Kotabaru. "WKRI harus mengetahui jati dirinya, sebab apabila bervisi dan misi ingin berperan aktif dalam hidup bermasyarakat namun belum memahami siapa WKRI, maka akan kesulitan menempatkan diri ditengah hidup bersama yang lain. Anggota WKRI mempunyai kesamaan, sama-sama wanita, sama-sama Katolik, sama-sama memakai jas biru. Karena memiliki kesamaan itu maka jejak pertama ini menentukan pula langkah berikutnya. Kita memohon Roh Kudus menyertai dalam langkah WKRI berikutnya", demikian ungkap Romo Argo.

Dalam kesempatan itu Komisoner DPD WKRI Kalimantan Selatan menyatakan kegembiraannya atas terselenggaranya Konfercab WKRI Santo Yusup Kotabaru yang pertama ini. WKRI selaku wadah gerakan wanita Indonesia harus menunjukkan eksistensinya. Bukan hanya sekedar kegiatan pembinaan, atau pembekalan terkait ketrampilan-ketrampilan, namun harus mempunyai efek kepada anggotanya dan terlebih kepada masyarakat sekitarnya. Menggalang dana dengan program ekonomi produktif seperti mengolah sampah menjadi barang pantas pakai, mengolah bahan makan dari bahan non beras dan dipasarkan, baik di kalangan anggota atau juga kepada umat Katolik, atau bahkan kepada masyarakat luas. Ibu Murbaningsih menambahkan bahwa di Banjarbaru sudah berjalan WKRI mengolah sampah menjadi bahan layak pakai, misalnya tas dll.
Dalam sambutannya Pengurus DPD WKRI menuturkan bahwa Visi dan Misi WKRI harus dikenal oleh semua anggotanya. Jadi sosialisasi dan aktualisasinya perlu terus diperjuangkan didalam seluruh kegiatan WKRI, demikian ungkap Ibu Bernadet Herlinda Wardana.

Kandidat calon Pengurus DPC diantaranya adalah Ibu Linda Kartikasari, Ibu Melia Kosasih, Ibu Romaida Situngkir, Ibu Yuliana Pasoloran, Ibu Try Wahyuningsih. Proses Pemilihan berjalan dengan lancar, penentuan kuorum telah disepakati dan terpilihlah Ketua dan wakil Ketua WKRI Cabang Santo Yusup Kotabaru Periode 2016-2019. Ibu Yuliana Pasoloran yang mendapat suara terbanyak dan disusul oleh Ibu Try Wahyuningsih, Ibu Romaida Situngkir, Ibu Linda Kartikasari, dan Ibu Melia Kosasih. Dari semua kandidat ini terbentuklah Pengurus Inti WKRI Cabang Santo Yusup Kotabaru yaitu:

  1. Ketua                     : Yuliana Pasoloran
  2. Wakil Ketua           : Try Wahyuningsih
  3. Sekretaris               : Romaida Situngkir
  4. Bendahara 1           : Linda Kartikasari
  5. Bendahara 2           : Melia Kosasih

Personalia kepengurusan lengkap ditetapkan pada hari Minggu, 9 Oktober 2016 dan sekaligus dilantik serta diberkati dalam misa kudus Minggu Biasa ke-28 di Gereja Santo Yusup Kotabaru.

Rabu, 28 September 2016

BERPASTORAL DENGAN MULTIMEDIA

Peluang dan Strategi Pastoralnya1
Oleh: F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr 2
Upaya-upaya pastoral (penggembalaan) bagi kawanan domba Kristus telah dan akan terus dilakukan. Namun kita menyadari betapa pelayanan pastoral tradisional kerap belum bisa menyapa kawanan domba yang terserak oleh aneka kondisi hidup mereka, apalagi untuk turut membimbing dan menuntun mereka yang berasal dari kandang lain. Syukur pada Allah, akhir-akhir ini multimedia dengan kekuatan suara dan gambarnya bisa menjadi alternatif dan pelengkap sarana pastoral kita. Dalam tulisan ini kita akan mencoba melihat, mempertimbangkan, dan menjajagi aneka multimedia sebagai sarana pastoral, secara khusus internet. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas soal film dan televisi sebagai sarana pastoral mengingat kecilnya peluang ini akan dimanfaatkan oleh keuskupan dan paroki-paroki di Indonesia. 3
1. Tujuan Pastoral: Mempunyai Hidup dalam Kelimpahan
Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberi kita hidup, dan mempunyainya dalam kelimpahan (Yoh 10:10). Maka hidup dalam Kristus dengan segala kelimpahannya ini patut diwartakan dan diperjuangkan, juga di era multimedia, dimana kekuatan gambar dan suara perlu diperhitungkan dan dimanfaatkan untuk melengkapi karya pastoral (penggembalaan) tradisional sehingga kawanan domba Kristus di zaman modern ini4 akhirnya bisa menemukan padang berumput hijau (lih. Mzm 23) dan hidup dalam segala kelimpahannya.
Tidak dipungkiri bahwa multimedia, terlebih internet, membawa aneka dampak negatif dalam kehidupan manusia modern, seperti bahaya keterasingan diri, plagiarisme, pornografi dan kekerasan dalam media, namun hal demikian tidak perlu membuat kita ragu untuk memanfaatkannya mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan multimedia bagi karya pewartaan dan penggembalaan di zaman modern ini. Maka "adalah penting, bahwa semua orang dari semua tingkatan dalam gereja menggunakan internet secara kreatif untuk mewujudkan tanggung jawab mereka dan membantu memenuhi misi Gereja. Ketakutan atau kekhawatiran akan komunikasi tidaklah beralasan, karena sangat besarnya kemungkinan positif dari internet."5
2. Seruan Gereja untuk Memanfaatkan Media Modern
Konsili Vatikan II menerbitkan dokumen Inter Mirifica yang mengajak kita memanfaatkan sarana komunikasi modern untuk karya pewartaan dan penggembalaan Gereja. Sementara dalam ensiklik Communio et Progressio , art. 128, Paus Paulus VI menegaskan bahwa media modern menawarkan cara-cara baru untuk menghadapkan manusia dengan pesan Injil. Lebih lanjut dalam ensiklik Evangelii Nuntiandi, art. 45 beliau juga menegaskan, "Gereja akan merasa bersalah di hadapan Kristus bila gagal menggunakan media untuk evangelisasi." Paus Yohanes Paulus juga mendukung pemanfaatan media massa untuk katekese6 dan dalam ensiklik Redemptoris Missio, art. 37 beliau menyebut media sebagai aeropogus pertama di zaman modern. Maka "Gereja belumlah cukup untuk menggunakan media sekedar untuk menyebarkan pesan Injil dan ajaran otentik Gereja. Namun juga perlu mengintegrasikan pesan Injil ke dalam kebudayaan baru yang diciptakan oleh komunikasi modern."

Paus Benediktus XVI dalam pesan hari komunikasi ke-44 pada tahun imam ini mengangkat tema: Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda. Ditegaskannya bahwa penggunaan teknologi komunikasi baru ini sangatlah perlu, khususnya dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran dunia dewasa ini.Maka para imam, selaku para bentara Sabda Allah, diharapkan juga menjadi saksi setia terhadap Injil dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin komunitas yang menampilkan 'suara berbeda' dalam pasaraya digital. "Dengan demikian, para imam, ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, animasi, blog dan website) yang seiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog, evangelisasi, dan katekese." 8
3. Menimbang Peluang dan Keterbatasan Multimedia
Untuk menyusun suatu strategi pastoral dengan multimedia, patut kiranya pertama-tama kita menyadari peluang dan kekuatannya, tetapi juga segala keterbatasannya sehingga kita lebih realistis dalam pemanfaatannya.
a. Kekuatan dan Peluang Multimedia untuk Pastoral
Pertama, biaya operasional pewartaan Injil dengan internet relatif lebih murah dan berisiko kecil. Kita bisa membandingkannya dengan pewartaan Injil secara langsung dari kampung ke kampung, yang membutuhkan energi, biaya, dan risiko yang tidak sedikit. Sementara pewartaan melalui multimedia, misalnya internet, sanggup menjangkau subjek pewartaan yang jauh lebih luas dan berisiko kecil. Pewartaan digital melalui internet ini juga bisa diakses oleh masyarakat kota yang fanatik, ataupun di pelosok pedalaman sejauh ada koneksi internet. Demikian pula biaya operasionalnya lebih terletak pada biaya akses internet dan langganan provider, apalagi bila dimanfaatkan layanan jaringan sosial yang gratis.
Kedua, multimedia bisa membantu penyebarluasan informasi dan pewartaan gereja, bahkan bisa membantu menyapa mereka yang kurang terjangkau. Internet sungguh "membawa keuntungan dari perspektif religius. Mereka membawa berita dan informasi tentang event-event religius, ide-ide, dan kepribadian. Mereka melayani sebagai kendaraan untuk evangelisasi dan katekese. Hari kerja maupun hari libur, mereka tetap menyediakan inspirasi, peneguhan, dan peluang untuk ibadah bagi mereka yang terkurung di rumah atau institusi mereka."9 Maka internet sangat relevan untuk aneka kegiatan dan program Gereja, seperti evangelisasi (termasuk re-evangelisasi dan evangelisasi pertama, maupun karya misioner ad gentes ), katekese, dan aneka bentuk pendidikan, berita, dan informasi, apologetik, dan administrasi, dan beberapa bentuk pastoral konseling dan bimbingan rohani.10
Ketiga, internet menawarkan akses langsung dan segera ke sumber-sumber religius dan spiritual yang penting, seperti perpustakaan besar dan museum, tempat-tempat ibadah, pengajaran dokumen magisterium, tulisan bapa gereja dan pujangga gereja, serta kebijaksanaan religius dari pelbagai zaman. Mereka juga bisa berkontak dan saling meneguhkan dalam komunitas virtual.11
Keempat, memang internet tidak bisa menggantikan komunitas antar pribadi secara real, realitas inkarnasi dari sakramen-sakramen dan liturgi, atau pewartaan langsung Injil, namun internet dapat melengkapinya , menarik orang pada pengalaman iman yang hidup, dan memperkaya kehidupan religius penggunanya.12
b. Keterbatasan Multimedia sebagai Sarana Pastoral
Pertama, Pastoral melalui multimedia dan secara khusus internet, dapat berfungsi dengan baik sejauh ada jaringan dan akses ke internet, entah melalui komputer pribadi ataupun diakses dari warnet. Namun, adanya fasilitas juga tidak menjamin manakala ada keengganan orang untuk membuka emai ataupun mengklik situs komunitas (paroki, tarekat, dsb), sehingga komunikasi tidak bisa lancar sebagaimana diharapkan.
Kedua, perlu adanya tenaga terampil dan berminat untuk mengelola web sehingga situs yang dikelola terus di-up date dan tampil secara menarik. Aneka situs rohani yang terkesan ala kadarnya dan kurang digarap serius juga tidak memberi daya tarik, apalagi bila isinya terkesan klise . Tenaga terampil dan profesional makin dibutuhkan manakala kita mau menggarap multimedia lainya, seperti animasi komputer, VCD, dsb.
Ketiga, adanya tuntutan multimedia agar isi tulisan di web tidak terlalu panjang, cukup sekitar satu halaman, yang tentunya membatasi kedalaman pembahasan. Penyajian dalam situs web cenderung lebih sederhana dan ringan bila dibandingkan dengan buku-buku.
Keempat, tulisan dalam situs rohani pun cenderung bersifat relatif dalam soal kebenaran. Berbeda dengan buku, tulisan di website tak pernah akan ada nihil obstat dan imprimaturnya.13 Memang media modern ada kalanya terkesan indifferent, bahkan memusuhi iman dan moral kristiani, sebab media dilatarbelakangi oleh pemikiran posmodernisme dimana tiada kebenaran yang mutlak.14 Kelima, data-data pribadi di internet cenderung anonim atau disamarkan, berbeda dengan pelayanan pastoral secara langsung. Hal ini perlu disadari dalam menilai dan menggunakan latar belakang mereka yang mengakses situs rohani.
4. Situasi umat yang perlu disapa dan dilayani:
Tentu sasaran pastoral dengan multimedia ini bisa ditujukan kepada semua umat Katolik, termasuk mereka yang setia menghadiri misa mingguan dan aktif dalam kegiatan lingkungan atau kelompok kategorial. Melalui sarana pastoral multimedia ini mereka bisa tetap berkontak satu sama lain, saling menguatkan, dan memperluas khazanah iman, misalnya dalam milis-milis paroki atau milis kelompok kategorial.
Namun, secara khusus pastoral dengan multimedia ini ditujukan kepada:
Pertama, kaum muda sebab melalui teknologi komunikasi baru ini, menurut Paus Benediktus XVI, Gereja bisa mendampingi kaum muda dalam menghadapi tantangan-tantangan mereka di tengah pergeseran budaya masa kini. Kita ingat bagaimana Paus Benediktus XVI sendiri juga meluncurkan situs pribadinya di youtube.
Kedua, mereka yang terdiaspora oleh karena pekerjaan dan kondisi hidupnya sehingga tidak terjangkau dengan pelayanan pastoral teritorial-tradisional. Situasi kediasporaan seperti dibicarakan Romo Mangunwijaya Pr dalam Gereja Diaspora (Kanisius, 1999) akan menemukan alternatif jawabannya dalam pelayanan pastoral multimedia ini. Dokumen The Church and Internet menegaskan, "Internet melengkapi gereja dengan sarana-sarana komunikasi untuk kelompok-kelompok khusus, khususnya kaum muda dan dewasa muda, orang-orang tua dan yang terkurung di rumah, orang-orang yang tinggal di wilayah yang berpindah-pindah, anggota-anggota tubuh Kristus lainnya yang mungkin sulit terjangkau."15
Ketiga, sebagaimana Kristus juga menuntun domba dari kandang lain agar mereka juga dijadikan satu kawanan dan satu gembala (Yoh 10:16), maka pastoral dengan multimedia hendaknya juga dirancang untuk menjangkau semua orang yang berkehendak baik, yang dalam kebingungannya mencari Sang kebenaran, agar mereka juga menemukan padang berumput hijau. Maka Paus Benediktus XVI menghimbau kita untuk "memperkenalkan orang-orang zaman sekarang teristimewa mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan, bahwa Allah itu dekat, bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki."16
Keempat, manusia modern yang berlatar belakang lain agama dan budaya, juga perlu disapa dan diajak berdialog. "Kehadiran pastoral di dunia komunikasi digital justru mengantar kita untuk berkontak dengan penganut agama lain, dengan orang-orang tak beriman dan orang-orang dari berbagai budaya, menuntut kepekaan terhadap orang yang tidak percaya, putus asa dan yang memiliki kerinduan mendalam dan tak terungkapkan akan kebenaran abadi dan mutlak."17 Lebih lanjut, Paus Benediktus XVI menegaskan bahwa internet adalah suatu 'pelataran bagi orang-orang bukan Yahudi' di Bait Allah Yerusalem.
5. Siapa Pelakunya?
Tugas pertama ambil bagian dalam pelayanan pastoral multimedia ini tentulah para imam yang telah mendapat perutusan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan kawanan domba Kristus, sebagaimana ditegaskan Paus Benediktus dalam pesan hari Komunikasi tahun 2010 ini. "Lebih dari sekedar seorang 'ahli media' seorang imam hendaknya mengungkapkan kedekatannya dengan Kristus untuk memberikan 'jiwa' baik bagi pelayanan pastoralnya maupun bagi aliran komunikasi internet yang tak terbendung."18
Namun, kaum beriman awam yang kompeten dalam bidang komunikasi sosial ini juga bisa menyumbangkan potensi dan kemampuannya. Lumen Gentium 37 sendiri mengakui peran dan keterlibatan kaum beriman awam dalam bidang demikian, "Sekedar ilmu pengetahuan, kompetensi, dan kecakapan mereka, para awam mempunyai kesempatan, bahkan juga kadang-kadang juga kewajiban, untuk menyatakan pandangan mereka tentang hal-hal yang menyangkut kesejahteraan Gereja". Maka mereka yang terlibat dalam karya bidang komsos ini hendaklah menolong sesama yang lainnya agar di dunia digital mereka juga turut "merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan kerinduan dan harapan serta mendekatkan diri pada Sabda Allah yang menganugerahkan keselamatan dan membangun manusia secara utuh."19 Melalui mereka pula Gereja mengharapkan adanya opini publik untuk bisa mensuplai dan membimbing anggota Gereja lainnya.
Secara khusus kaum muda perlu dilibatkan dalam karya pastoral multimedia ini, entah mereka ambil bagian dalam pengelolaan situs-situs rohani, ataupun pembuatan blog atau facebook pribadi dimana mereka ikut mensharingkan kesaksian iman mereka melalui tulisan mereka.
Untuk mendukung keberhasilan pastoral multimedia ini, perlu adanya sinergi dari semua potensi yang terdapat dalam Gereja. Mereka yang melibatkan diri pada pastoral multimedia ini bisa mendapatkan training profesional, namun juga pembinaan doktrinal dan spiritual. Dengan demikian mereka yang terlibat, tidak merasa berjalan sendiri-sendiri, tetapi dalam kebersamaan untuk ambil bagian dalam karya penggembalaan kawanan domba Kristus.
6. Perlunya Pendidikan Bermedia
Mengingat multimedia ini merupakan barang baru dengan segala dampak negatifnya, maka pastoral media pertama-tama dilakukan dengan menyelenggarakan pendidikan media, khususnya bagi kaum muda. Apa saja materi yang perlu disajikan dalam pendidikan media? Dokumen The Church and Internet menyebut: "Lebih dari sekedar pengajaran tentang teknik-teknik, pendidikan media membantu orang membentuk standard rasa baik dan penilaian moral dengan benar, sebuah aspek akan kesadaran formasi. "20 Sementara Communio et Progressio art. 107 menggarisbawahi pendidikan media bagi kaum muda, "Kaum muda secara khusus perlu diajar ' tidak hanya menjadi orang Kristiani yang baik saat mereka menjadi penerima tetapi juga aktif dalam menggunakan semua alat komunikasi dalam media.... sedemikian sehingga kaum muda akan sungguh menjadi warga dari era komunikasi sosial yang baru dimulai."21 Dengan demikian, selain diajar soal teknik, mereka juga perlu diajar bagaimana memfungsikan dengan baik dunia cyberspace, membuat pembedaan dan penilaian berdasarkan kriteria moral atas apa yang mereka dapat di sana , serta menggunakan teknologi baru untuk perkembangan mereka secara integral dan bagi keuntungan sesama. 22
Selain kepada kaum muda, training dan pendidikan media ini juga layak ditawarkan kepada para seminaris, imam, religius, dan petugas pastoral awam, demikian pula guru, orangtua, dan murid.23 Dengan demikian bisa diharapkan bahwa semua umat akhirnya bisa memanfaatkan multimedia untuk pendalaman iman dan pewartaan firman. Di satu sisi mereka perlu menerimanya dengan sikap kritis dan bijaksana, namun di lain pihak juga memanfaatkan aneka peluang dan kemudahannya untuk pewartaan Injil. Untuk menyelenggarakan pendidikan media secara berkesinambungan, Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan idealnya menyediakan materi training yang bisa dimanfaatkan oleh paroki-paroki dan aneka institusi Gereja.
7. Aneka Peluang yang Perlu Dijajagi:
Seperti disinggung di bagian pengantar, sebenarnya multimedia mencakup semua sarana komunikasi modern yang memanfaatkan kekuatan suara dan gambar, termasuk televisi dan film. Namun, mengingat mahalnya biaya produksi pembuatan film dan juga mahalnya biaya pendirian stasiun televisi, di sini kita membatasi beberapa peluang dan kemungkinan yang masih bisa dilakukan oleh Gereja lingkup keuskupan, paroki, kelompok kategorial, bahkan pribadi.
  1. Melengkapi sarana katekese audiovisual, dengan membuat video, program animasi komputer, powerpoint yang bisa disebarkan melalui milis-milis ataupun didownload di internet, dan penyajian aneka informasi iman katolik di website.
  2. Membuat milis atau forum diskusi iman, dimana materi tidak hanya mencakup informasi kegiatan gereja, atau untuk menambah wawasan iman, tetapi juga memotivasi sharing pengalaman iman dan saling mendukung dalam doa.
  3. Membuat suatu "facebook bersama" atau situs rohani yang lumayan komplet untuk menyediakan aneka layanan konsultasi kebutuhan manusia seutuhnya (bdk. Yoh 10:10), mulai dari konsultsi psikologi, kesehatan, belajar, karir dan ekonomi, dsb. Dan tentunya di situ disediakan juga ruang pengenalan dan pendalaman iman Katolik, sehingga sesewaktu para pengunjung bisa mengklik dan membacanya.
  4. Membuat situs yang menampilkan kekuatan ajaran iman Katolik dalam mengkaji persoalan keseharian dan di tengah masyarakat, sekaligus juga bisa ditampilkan titik temu iman katolik dengan aneka budaya masyarakat Indonesia dewasa ini. Situs rohani demikian akan menjadi pintu dialog dan sekaligus menawarkan pencerahan bagi mereka yang tengah mencari Sang Kebenaran.
  5. Pribadi-pribadi pun bisa membuat web, blog, facebook atau twitter dimana dengan leluasa kita bisa mensharingkan pengalaman iman kita, yakni mensharingkan pengalaman keseharian dalam terang ajaran iman dan bagaimana kita menemukan dan mengalami kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sharing iman demikian niscaya akan jauh menarik dan menyentuh hati pembaca. Tentu dalam aneka situs pribadi ini kita juga bisa menampilkan sisi iman katolik atau mentautkannya dengan situs-situs rohani yang banyak menyajikan ajaran iman Katolik.
  6. Ambil bagian dalam milis-milis umum, dengan berupaya ikut membentuk opini publik dan menjadi garam dan terang di sana. Beberapa orang juga mencantumkan teks Alkitab di akhir postingan dalam milis-milis.
Memang harus tetap disadari bahwa realitas virtual ini tidak akan pernah bisa menggantikan kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi maupun realitas sakramental dalam sakramen-sakramen lain, demikian pula dengan partisipasi dalam ibadah dengan tubuh-darah manusiawi dalam komunitas. Oleh karena itu perencanaan pastoral multimedia ini haruslah memimpin orang dari cyberspace ke komunitas yang sejati dan bagaimana, melalui pengajaran dan katekese, sesudah itu internet mungkin bisa digunakan untuk menyediakan dan memperkaya mereka pada komitmen kristiani.24
8. Menimbang Aneka Potensi dan SDM yang Ada
Tuhan Yesus mengajak orang yang mengikuti Dia untuk mempertimbangkan segala sesuatunya, sama seperti orang yang hendak mendirikan menara atau raja yang akan maju berperang (lih. Luk 14:28-33). Demikian pula halnya dengan pilihan pastoral dengan multimedia, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu. Kendati peluang dan manfaat pewartaan dan penggembalaan dengan multimedia ini sangat besar, kita harus tetap realistis dengan potensi dan sumber dana-daya yang kita miliki. Sebab untuk membuat animasi komputer, misalnya: dibutuhkan mereka yang mumpuni dan berkomitmen dalam pembuatan animasi dan design grafis, demikian pula tim kreatif yang memahami ajaran iman dan bagaimana berkatekese. Sementara itu untuk produksi dan distribusi, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sejauhmana dana bisa dihimpun dan dikelola untuk mendukung karya kerasulan ini? Sedangkan untuk pengelolaan website, diperlukan tenaga-tenaga trampil dan berkomitmen untuk mengelolanya, sehingga tidak terkesan asal-asalan. Adakah tenaga yang mau mengelolanya dengan setia dan berkesinambungan? Dalam hal ini potensi kaum muda Katolik masih bisa diharapkan dan diberdayakan. Adakah orang-orang yang bersedia menyiapkan tulisan untuk mensuplai aneka website rohani ini? Demikian pula soal pemanfaatannya, perlu dipikirkan sejauhmana komunitas Katolik sendiri tertarik dan memanfatkannya.
9. Contoh Rancangan Pastoral dengan Multimedia
Kita hendak membuat program animasi komputer yang bisa melengkapi katekese audiovisual maupun menyediakan sarana bagi anak-anak untuk belajar sambil bermain dengan komputernya di rumah. Maka umat yang menguasai animasi dan design grafis bisa bersinergi dengan tim kreatif katekese. Materi yang bisa diolah untuk anak-anak, misalnya: seputar misdinar, permainan kitab suci, dan pengenalan liturgi. Pembiayaan yang perlu dianggarkan mencakup biaya produksi, publikasi, dan distribusi. Sementara untuk mendistribusikan program animasi ini, bisa dijalin kerjasama dengan sekolah-sekolah Katolik.
Web paroki tentunya memuat aneka informasi yang penting bagi warga paroki, namun juga bisa memasukkan kolom renungan, forum diskusi, dan juga konsultasi. Bila dalam pelayanan pastoral tradisional, pastor paroki bisa menyapa dan memberikan layanan konsultasi secara langsung, maka konsultasi melalui web merahasiakan pengirimnya sehingga hal yang ditanyakan bisa menjadi bahan pembelajaran bersama. Tentu saja konsultasi tertulis demikian tidak seideal konsultasi langsung, namun setidaknya bisa melengkapi kekosongan, terlebih bagi mereka yang enggan atau tidak mungkin datang berkonsultasi secara langsung kepada pastor parokinya.
Penutup
Multimedia dengan segala kekuatan dan keterbatasannya, tetaplah sarana pastoral yang kiranya bisa melengkapi upaya-upaya pastoral tradisional selama ini. Dia tidak hanya menyapa umat paroki, tetapi juga lintas paroki, bahkan juga menyapa banyak domba dari kandang lain, yang semoga setelah bersentuhan dengan suara Sang Gembala akhirnya juga tertuntun menjadi satu kawanan sehingga menemukan hidup dalam segala kelimpahannya.
Seminari Tinggi Giovanni Malang, 4 Oktober 2010


Kepustakaan:
  • Batmomolin, L dan Fransisca Hermawan. Budaya Media: Bagaimana Pesona Media Elektronik Memperdaya Anda (Ende: Nusa Indah, 2003).
  • Iswarahadi SJ, Y.I. "Kekuatan Audio Visual dalam Pewartaan", dalam www.savpuskat.or.id/artikel2.php?id , diakses 3 Oktober 2010.
  • Paul A. Soukup, SJ, Francis J. Buckley SJ, David C. Robinson SJ, " The Influence of Information Technologies on Theology", Theological Studies 62 (2001) 366-377.
  • Tardelly SX, R.F. Merasul lewat Internet : Kaum Berjubah dan Dunia Maya ( Yogyakarta > Kanisius, 2009).
.
Dokumen Gerejani:
  • Instruksi Pastoral Communio et Progressio tentang Alat-Alat Komunikasi Sosial,23 Mei 1971.
  • Paulus VI, Anjuran Apostolik Evangelii Nuntiandi, 8 Des 1975.
  • Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, 19 Oktober 1979.
  • Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptoris Missio, 12 Juli 1990.
  • Komisi Kepausan untuk Komsos, Instruksi Pastoral Aetatis Novae, 22 Feb 1992.
  • ------------. The Church and Internet , 2 Feb 2002.
  • -----------. Ethics in Communications, 2 Jun 2000.
  • Benediktus XVI, Pesan pada hari Komunikasi ke-44 "Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda" (16 Mei 2010).
  • United States Catholic Conference, Pastoral Plan for Church Communication , 1997. 
  1. Makalah disampaikan dalam Hari Studi XXXV STFT Widya Sasana Malang, 23-24 Okt 2010 dan dimuat buku Iman dan Pewartaan di Era Multimedia (Seri Filsafat Teologi Widya Sasana no.19, 2010) hlm. 209-223.
  2. Imam praja Keuskupan Malang ini mendapat licensiat Kitab Suci dari Institut Biblicum Roma dan sejak tahun ajaran 2010/2011 menjadi staf pengajar di STFT Widya Sasana Malang .
  3. Kita patut berterima kasih kepada SAV Puskat Yogyakarta yang dengan setia memproduksi aneka program mimbar agama Katolik yang ditayangkan di televisi.
  4. Paul A. Soukup, SJ, Francis J. Buckley SJ, David C. Robinson SJ, " The Influence of Information Technologies on Theology", Theological Studies 62 (2001) 369, menyebut penggunaan media mendapat urutan ketiga dalam aktivitas manusia modern setelah tidur dan kerja.
  5. Pontifical Council for Social Communications, The Church and Internet , (2 Feb 2002), no. 10.
  6. Catechesi Tradendae , no. 46.
  7. Pesan hari Komunikasi ke-44, no.3.
  8. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 4.
  9. Ethics in Communications, n. 11.
  10. The Church and Internet , no. 5.
  11. The Church and Internet , no. 5
  12. The Church and Internet , no. 5.
  13. Bdk. Paul A. Soukup, SJ, et all, " The Influence of Information Technologies on Theology", 371.
  14. The Church and Internet, no. 8.
  15. The Church and Internet, no. 5.
  16. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 6.
  17. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 8.
  18. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 5.
  19. Pesan hari Komunikasi ke-44, no. 7.
  20. The Church and Internet , no. 7.
  21. Communio et Progressio , no. 107.
  22. The Church and Internet , no. 7.
  23. Aetatis Novae , no. 28.
  24. The Church and Internet, no. 9.

Copyrigth: http://www.imankatolik.or.id/berpastoral_dengan_multimedia_peluang_dan_strategi_pastoralnya.htm
http://www.imankatolik.or.id/

Minggu, 25 September 2016

NOVENA IYD FINAL

Kotabaru, Sembilan Minggu sudah Novena IYD berlangsung. Keterlibatan Orang Muda Katolik (OMK) dalam meng-Gereja berlanjut dalam aktifitas rohani yang selalu rutin diadakan di Komunitas ini. Minggu ini (25/09/2016,red) dilaksanakan di Jl. Silver, tepatnya di rumah Ketua OMK Kotabaru (Andrean*red). Kehadiran OMK dalam aktifitas Novena menjadi salah satu tanda bahwa mereka peduli akan ajang Nasional yang akan di gelar di Keuskupan Manado serta menunjukkan bahwa mereka kompak dalam menjalankan aktifitas ini.
Bersama dengan Sr. Vincenta, SPM dalam Novena IYD serta permenungan Bulan Kitab Suci Nasional kegiatan ini di jalankan. "Pengalaman ditolak dalam kehidupan kita merupakan pengalaman berharga dan pasti ada sesuatu yang positif", demikian Sr. Vincenta bercerita. Hal ini terkait dengan Tema "OMK terlibat dalam kegiatan bermasyarakat". Demikian OMK harus mampu menempatkan diri dimanapun mereka berada. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5: 13-16).
Terkait dengan menjadi garam atau terang, saya mengalami bahwa sering kali kita merasakan diri tidak mampu. Jadi asal mulanya adalah dari dalam diri kita, apakah saya mampu melakukannya atau tidak, demikian Dany mengungkapkannya. (Ft/Rep: Agustinus)

CERIANYA BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2016

Santo Yusup Kotabaru, Minggu itu tidak biasa, namun sangat berbeda dan luar biasa. Anak-anak Minggu Gembira lebih awal datang dan begitu antusias berangkat untuk mengikuti kagiatan Minggu Gembira. Hal ini dikarenakan pada hari Minggu, 25/09/2016 sangat special bagi anak-anak ini. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk mengikuti Lomba dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2016 di Paroki Santo Yusup Kotabaru.
Even ini direncanakan dan programkan oleh pembina Minggu Gembira guna untuk lebih mengenalkan Kitab Suci kepada anak-anak lebih dini, demikian ungkap Ida salah satu anggota pembina Minggu Gembira. Ada beberapa kriteria dan kategori lomba yang disiapkan. Diantaranya, untu anak pra-sekolah sampai dengan PAUD lombanya adalah menyanyi lagu-lagu rohani, bagi anak kelas 1 s.d. 2 SD, mewarnai gambar, untuk kelas 3-4 yang belum komuni, menjawab teka-teki. Dan untuk kelas 4 yang sudah komuni s.d. kelas 6, membaca Kitab Suci.
Dalam rencana untuk anak-anak yang akan mengikuti lomba membaca kitab suci diberikan beberapa pilihan bacaan dan akan menggunakan sarana mimbar baca di Gereja, namun karena waktunya hampir tiba perayaan Misa maka dialihkan di ruang TKK Yos Sudarso (ruang Play Group). Di ruang itu juga anak-anak yang lomba menyanyi dikumpulkan. Untuk anak-anak yang mewarnai gambar dan menjawab teka-teki ditempatkan di Aula Atas Gereja yang biasanya digunakan untuk aktifitas Minggu Gembira.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi anak-anak agar lebih dekat dan akrab dengan Kitab Suci sejak usia dini.  (Ft: Romaida, Rep: Agustinus).