Selasa, 12 November 2013

SERIAL TATA GERAK LITURGI dalam PERAYAAN EKARISTI MEMBUAT TANDA SALIB DENGAN AIR SUCI di PINTU MASUK GEREJA

Siapa sih orang Katolik yang tidak tahu tanda Salib? Rasanya orang Katolik sedikit banyak dikenal lewat tanda salib. Ketika kita memasuki Gereja Katolik, apa yang kita cari atau kita temukan? Bejana air suci. Lantas apa yang harus kita lakukan dengan air suci itu? Tentu saja membuat tanda salib. Jutaan umat Katolik setiap minggu bahkan setiap hari membuat tanda salib dengan air suci sebelum memasuki Gereja. Sebenarnya apa sih maknanya? Jangan-jangan kita melakukan ini tanpa makna dan menganggapnya hanya sekedar ritual sebelum masuk Gereja/Rumah Tuhan. Dalam sejarah bangsa Yahudi dalam Kitab Perjanjian Lama ditemukan bahwa AIR digunakan untuk pembasuhan diri dari segala dosa dan kenajisan. Dalam Bait Allah juga ditemukan bejana besar berisi air, dimana para imam membersihkan tangan dan kakinya sebelum mempersembahkan kurban. Gereja Katolik juga mempunyai bejana-bejana berisi air suci untuk berkat karena tiga alasan: 1. Sebagai tanda sesal atas dosa, 2. Sebagai perlindungan dari yang jahat dan 3. Sebagai tanda peringatan akan pembaptisan kita. Sesal atas dosa digambarkan dengan membersihkan diri dengan air seperti dinyatakan dalam Mazmur 51: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!” (3-4, 9). (Hisop adalah tumbuh-tumbuhan yang kecil, yang batang dan daunnya dipergunakan untuk memercikkan barang cair). Kedua, air suci melindungi kita dari yang jahat. Dalam doa pemberkatan air dalam ibadat, kita berdoa: “Tuhan, Allah yang Mahakuasa, pencipta segala yang hidup, baik tubuh maupun jiwa, kami mohon sudilah memberkati air ini, yang kami gunakan dalam iman untuk mengampuni dosa-dosa kami dan melindungi kami dari segala kelemahan dan kuasa jahat. Tuhan, karena belas kasihan-Mu berilah kami air hidup, yang senantiasa memancar sebagai mata air keselamatan; bebaskan kami, jiwa dan raga, dari segala mara bahaya, dan ijinkan kami menghadap hadirat-Mu dengan hati yang murni.” Yang terakhir, air suci mengingatkan kita akan pembaptisan kita, ketika oleh karena seruan kepada Tritunggal Mahakudus dan penuangan air suci, kita dibebaskan dari dosa asal dan dari segala dosa, dicurahi rahmat pengudusan, dipersatukan dalam Gereja, dan diberi gelar putera-puteri Allah. Dengan membuat Tanda Salib dengan air suci, kita disadarkan bahwa kita dipanggil untuk memperbaharui janji-janji baptis kita, yakni menolak setan, menolak segala karya-karyanya, dan segala janji-janji kosongnya, serta mengaku syahadat iman kita. Sekali lagi, kita menyesali dosa-dosa kita, agar kita dapat memanjatkan doa-doa kita dan beribadat kepada Tuhan dengan hati murni dan penuh sesal. Seperti air dan darah yang mengalir dari Hati Yesus yang Mahakudus sementara Ia tergantung di atas kayu salib - yang melambangkan Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi Kudus yang sungguh luar biasa, tindakan mengambil air suci dan membuat Tanda Salib mengingatkan kita akan Baptis kita dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi Kudus. Maka tindakan mengambil air suci sebelum memasuki gereja merupakan peringatan dan pembaruan pembaptisan kita. Juga, penggunaan air suci merupakan suatu penyegaran, yang membebaskan kita dari penindasan si jahat. St. Theresia dari Avila mengajarkan, “tidak ada suatu pun yang membuat roh-roh jahat lari tunggang langgang – tanpa memalingkan muka – kecuali air suci.” (St. Theresia Avila, The Book of Her Life). Jadi jika disimpulkan, pengambilan air suci di pintu gereja adalah untuk mengingatkan kita akan makna Pembaptisan kita (yaitu pertobatan, pengudusan, kehidupan baru di dalam Kristus dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, dan partisipasi kita sebagai anak- anak angkat Allah di dalam misi Kristus) dan pengusiran roh-roh jahat. PERLUKAH KITA MEMBUAT TANDA SALIB LAGI KETIKA KELUAR GEREJA? Karena tujuannya ialah penyucian untuk memasuki tempat kudus, tindakan itu seyogyanya dilakukan HANYA pada saat memasuki Gereja, dan tidak perlu dilakukan pada saat meninggalkan Gereja. Kebiasaan demikian itu dilakukan pada Abad Pertengahan. Namun demikian, banyak umat terbiasa melakukannya baik pada saat datang maupun pada saat pulang. Karena hal ini bukanlah suatu tindakan yang salah atau berdosa, maka tetap boleh saja dilakukan. Pembuatan tanda salib dengan air suci pada saat pulang (tentu bukan lagi artinya sebagai penyucian sebelum memasuki tempat kudus) bisa diartikan sebagai penyucian diri kita untuk melaksanakan tugas perutusan kita di dunia. Penyucian yang demikian mirip dengan makna pemercikan dengan air suci. Jadi, setelah tau maknanya, berhentilah membuat tanda salib dengan air suci secara asal-asalan atau sambil lalu.. Yuk kita lakukan dengan pemahaman dan penghayatan yang benar.. Tuhan memberkati semua sobat GK!

Sumber: @[243861022315263:274:Katolisitas.org], yesaya.indocell.net, HIDUP Diolah kembali oleh Administrator Page GK, Deo Gratias

Selasa, 05 November 2013

SEKUBAN CAMP 2013

Komplek Rindam VI Mulawarman, 3-5 November 2013, SEKAMI (Serikat Kepausan Anak-anak dan Remaja Misioner) Keuskupan Banjarmasin yang terdiri dari 9 Paroki yaitu Paroki Katedral, Paroki Kelayan, Paroki Veteran, Paroki Pleihari, Paroki Banjarbaru, Paroki Tanjung, Paroki Sungai Danau, Paroki Batulicin dan Paroki Kotabaru  tergabung dalam SEKUBAN CAMP 2013 (Camping Sekami Keuskupan Banjarmasin) tahun 2013 dengan mengusung tema " Aku bangga menjadi anak Sekami Keuskupan Banjarmasin yang beriman dan siap diutus". Komplek Rindam dipilih menjadi tempat ajang ini karena lokasinya mendukung untuk menampung sejumlah anak yang cukup banyak dan stuasinya yang jauh dari bisingnya kendaraan darat, walau sedikit suara ketika mulai ada aktifitas udara dari Bandara Syamsudin Noor yang tepat berada di depan Rindam ini karena mulai Pukul 05.00 Wita sudah mulai ada hilir mudik pesawat udara baik yang landing maupun yang take off.
Kegiatan yang di selenggarakan Dirdios Sekami Keuskupan Banjarmasin ini melibatkan lebih dari 350 anak dari berbagai sudut di wilayah Pelayanan Keuskupan Banjarmasin. Selama tiga hari dua malam, anak-anak Sekami dibekali dengan berbagai hal diharapkan bisa memacu anak-anak lebih banyak terlibat dalam kehidupan imannya.
Materi-materi yang disampaikan mengugah anak-anak Sekami semakin hari mengenal jati dirinya dan semakin mengakrabkan mereka satu sama lain. Terlebih kegiatan Out Bond yang sangat memacu kelompok atau regu untuk semakin solid dan bersahabat.
Harapan peserta kegiatan ini mempunyai kelanjutan di waktu yang akan datang.